Sabtu, 11 Juni 2011

Nurlena oh Nurlena, Siapakah Dirimu?

Kisah ini serasa beberapa tahun yang lalu. Awal ceritanya, saat itu aku sedang berada dalam sebuah angkutan kota (angkot) yang sedang mengantri menunggu penumpang yang lainnya di sebuah terminal. Saat itu aku mengambil bangku bagian belakang yang masih kosong, karena bagian depan dan tengah telah terisi penumpang. Tak lama kemudian masuk seorang anak kecil laki-laki yang menurut perkiraanku masih duduk dibangku Sekolah Dasar. Anak kecil itu mengambil posisi bangku belakang juga. Aku memang kurang suka duduk di bagian paling kanan belakang dengan alasan tempatnya gak nyaman dan susah jika ingin turun. Maka akupun memberi jalan masuk untuk si anak mengambil bangku pojok itu.

Benar saja, menunggu seperti ini memang benar pekerjaan yang membosankan, ku ambil sebuah koran yang tergeletak di sampingku. Ku perhatikan koran ini, koran lokal yang sedikit tergulung. Tak tau apakah koran ini ketinggalan atau sengaja ditinggalkan pemiliknya. Ku baca headline, kemudian ku bolak-balik halamannya, tapi rasanya tak ada yang menarik atau mungkin aku yang malas membacanya. Maklum cuaca menjelang sore ini memang sedikit panas.

"Pir, dah mau berangkat belum? Panas nech. Berangkat yuk.!!". Tiba-tiba terdengar suara seorang wanita yang duduk ditengah memecah suasana.

"Iya,bentar lagi". Sahut sang sopir yang sedari tadi ngobrol bersama rekan-rekannya yang lain sambil sesekali mengeluarkan asap rokok dari hidung dan mulutnya. Tak jarang ia berteriak memanggil calon penumpang untuk naik ke angkotnya.

Ku temukan teka-teki silang pada sebuah halaman. Sebagian besar telah diisi oleh pemiliknya. Aku pun segera mengambil pena yang memang selalu ku simpan di saku celana dan segera mencoba mengisi teka-teki silang yang masih kosong. Lumayan untuk modal menunggu keberangkatan. Sementara anak kecil yang disebelahku sedang asik mendengarkan musik lewat headsetnya sembari memejamkan mata. Kaki kanannya ditekuk dan ditumpukan pada bangku yang ia duduki. Alangkah senang anak ini, gumamku. Aku sendiri tak mengerti apa maksud ucapanku. Aku hanya tersenyum dan melanjutkan fokus pada halaman teka-teki ini.

Tak beberapa lama kemudian, muncul seorang perempuan berjilbab naik dan mengambil bangku belakang. Sama seperti sebelumnya, sambil tersenyum aku juga mempersilahkan sang perempuan untuk duduk di antara aku dan si anak kecil. Dibalas oleh perempuan berjilbab berdengan senyuman sambil terdengar mengucapkan terima kasih. Subhanallah.., sungguh manis tutur dan senyumannya. Perempuan ini masih muda, wajahnya putih bersih, tinggi semampai dan terlihat sangat anggun. Ya allah.., hatiku berkata. Jantungku sedikit berdegub. Rasanya aku benar-benar mengaguminya.



Konsentrasiku pecah, tak lagi fokus pada teka-teki silang ini. Hanya pura-pura berfikir, namun sebenarnya memikirkan perempuan disampingku ini. Sesekali mata ini mencoba mencari kesempatan melirik keindahan ciptaan Tuhan ini. Rasanya ingin menyapa, tapi kekuatan itu serasa hilang. Ah.., terkadang benci dengan perasaan ini. 

Tapi, tak tau darimana datangnya keberanian ini. Tiba-tiba saja muncul kata-kata dari bibirku.
"Mau pulang ya?". Sapaku pelan.
"Iya bang". Sahutnya. Saat itu ku beranikan menatap wajahnya. Ku perhatikan giginya yang putih dan rapi serta senyumnya yang... Subhanallah..., benar-benar manis. Entah berapa kali aku memuji keagungan sang pencipta. Ya Allah, sungguh sempurna Engkau menciptakan mahlukmu yang satu ini.

"Habis pulang kuliah ya? Atau pulang kerja?". Lanjutku.
"Pulang kerja bang". Jawabnya.
"Abang sendiri dari mana?". Dia balik bertanya.
Dan sekarang akupun sudah mulai bisa mengendalikan kegugupanku. Dalam beberapa saat, kami sudah tenggelam dalam obrolan seputar pekerjaan masing-masing. Bersamaan dengan keberangkatan mobil yang kami tumpangi. Angin yang masuk pun membuat cuaca semakin sejuk. Sementara anak kecil yang duduk paling pojok tadi terlihat masih terus asik dengan dunianya.

Ngomong-ngomong, kita belum kenalan ya. Namanya siapa?".  Akhirnya keluar juga bagian yang aku tunggu-tunggu.

"Nur bang...".Jawabnya pelan.
"Siapa?". Tanyaku masih ragu.
"Nur..". Jawabnya lagi. Sembari ia meminjam pena yang dari tadi kugunakan untuk mengisi teka-teki.

NURLENA. Nama itu ditulisnya pada bagain kosong sebuah halaman koran yang tadi ku pegang. Akupun tak lupa ikut mengejanya.

"Kalau abang?". Tanyanya balik.

Ku ambil pena dan korannya, lantas ku tuliskan namaku di sebelah namanya. Lantas ku tunjukkan padanya. Dan ia pun membacanya.


"Ulang tahunnya kapan?". tanyaku makin penasaran.

Sembari tersenyum, diambilnya lagi pena ditanganku dan kemudian ia menuliskan tanggal lahirnya. Kulihat ia menulis.

28 September.

"Tahunnya?".
"Kira-kira aja". Jawabnya sambil tertawa kecil dan memberikan pena itu padaku. Dan pujian itu kini keluar dari bibirku. Terang-terangan.
"Subhanallah..". Gumamku. Perempuan ini benar-benar cantik, andai saja.....,hmm.
"Kenapa?" Tanyanya.
"Gak pa pa kok". Jawabku malu.
"Ayolah...,kok gak sekalian?". Lanjutku. Namun hanya di balasnya dengan geleng-geleng kecil dan sebuah senyuman.
"Kira-kira yach". Ku sedikit berfikir.

Lantas ku tambahkan 1987 pada tulisannya tadi.
"87 ya? atau 88?".
Dijawabnya dengan senyuman dan anggukan pelan.
"Owh, 88...". Lantas ku ubah angka 7 nya menjadi 8.

"Masih muda ya. Nurlena, 28 September 1988". lanjutku.
Sambil tersenyum iapun mengangguk dan balik bertanya. Lantas segera kutuliskan tanggal lahirku.

Percakapan pun sempat terhenti ketika ada penumpang yang turun diikuti si anak kecil tadi beberapa saat kemudian. Kamipun memberi ruang untuknya keluar. Setelah mobil kembali berjalan, percakapan kami pun berlanjut. Apa yang bisa menjadi bahan pun akan aku utarakan demi terus menghidupkan suasana, dan si perempuan pun terlihat makin santai dan nyaman dengan orolan kami. Saat itu hati ini benar-benar bahagia, rasanya tak ingin mobil ini segera sampai ke tujuan. Masih ingin ngobrol lama dengan perempuan cantik ini.

Namun akhirnya aku hampir sampai, dan aku segera pamit padanya.
"Rumahnya dimana bang?". tanyanya.
"Tuh di depan, ada persimpangan. Yuk mampir". Basa-basiku.
"Boleh lah bang,". Jawabnya.
Aku kaget bukan kepayang, karena tak menyangka perempuan ini akan menjawab seperti itu. Benarkah ia benar-benar akan mampir? Kan baru saja kami kenalan? Apa yang akan ku kasih tau ma orang tuaku nanti? Benakku bertanya-tanya. Tapi apa mau dikata atau mungkin jaga gengsi karena tadi dah nawarin. Akhirnya aku memastikan niatnya.

"Serius?" Tanyaku meyakinkan.
""Iya bang? Gak boleh ya? Kalo gak boleh gak pa pa kok".
"Owh, boleh, boleh kok. Yuk...". Jawabku antara terkejut, bingung bercampur senang.


Akhirnya, setelah membayar ongkos. Kamipun menyusuri jalan menuju rumahku yang terhitung masih jarang penduduknya.

""Jauh gak bang?". Tanyanya.
"Lumayan sech, 400 meter an lah".
""Owh, gak begitulah. Biasanya Nur berjalan lebih jauh dari ini". Tuturnya.

Dan percakapanpun berlanjut. Sesekali kami tertawa jika ada bahan candaan yang kukeluarkan.

"Kamu sungguh cantik ya Nur, beruntung sekali orang yang mendapatkanmu". Puji ku yang disambutnya dengan ucapan terimakasih dan tentu saja senyum manisnya.

Kini aku sudah berani memuji kecantikannya secara terang-terangan. Aku semakin yakin dan tak ragu-ragu lagi. Apalagi dia udah mau mampir kerumah. Hanya yang masih tak habis pikir adalah ketika ia mau mampir kerumahku. Apa yang bakal ku bilang sama orang tuaku yah nanti?

"Nah kita dah sampai Nur, Selamat datang dirumah abang".
"Assalamu'alakum...". Sapa ku pada empunya rumah.
"Waalaikumsalam...". Suara dari dalam menyambutku sembari membuka kan pintu yang tak lain adalah ibuku .
"Eh, dah pulang nich anak ku". Sapanya lembut.
"Udah bu, eh kenalkan ini temenku Nur". Jawabku sambil tersenyum senang.
Namun alangkah terkejutnya saat ku menoleh tak kutemukan Nur, perempuan yang dari tadi bersamaku. Ku perhatikan sekelilingku, namun tak kutemukan siapa-siapa.

"Nur... Nur". Teriak ku mulai kawatir.
"Nur mana? Jangan ngaco ah. Dari tadi gak ada siapa-siapa kok. Ibu juga meratiin dari dalam kami sendirian tadi pas kamu nyampe kok". Katanya yakin.
"Tadi ada bu, wong tadi kami satu angkot kok". Ujarku mencoba meyakinin sembari terus hilir mudik mencari si peremupan.
"Ah, udah ah jangan ngaco, yuk masuk. Gak ada siapa-siapa kok". Seraya menarik tanganku yang masih diliputi rasa bingung.

"Kemana ya dia tadi? Kok gak ada? Ya Allah.. dimana dan siapakah dia tadi?" Benak ku terus bertanya-tanya.


Tak lama kemudian, aku terjaga. Kulihat jam dinding pukul 07.20. Ternyata semua ini hanya mimpi.
Nurlena oh Nurlena, ckckckck.

5 komentar:

  1. Mana pantas waktu ku telpon ga diangkat-angkat,lagi sama cewek ya?!
    Bulu kudukku dah merinding,,endingnya bikin aku dendam,hahaha!Dasar looooo,awaas!

    BalasHapus
  2. wah bsungguh2 menarik ceritanya sampai terbawa aku.... :)

    BalasHapus
  3. cewek yang di FB tu jgn2 bro, anak belinyu ok atau jebus tu gkgkkgkgk

    BalasHapus
  4. All: hahahaha, thx banget komentarnya sob. maaf baru bales ya, coz lagi sibuk banget n baru bisa ngasih komentar. kemaren2 gak bisa komentar, cpd..

    BalasHapus

MARI BUDAYAKAN BERKOMENTAR...!!!

Hallo sobat atahira...,
Kiranya berkenan memberi sepatah dua patah kata komentar untuk postingan ini.
Komentar sobat sangat berharga untuk kemajuan blog ini, terimakasih.

::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

DAN BERCERMINLAH..., KARENA DENGAN BERCERMIN KITA BISA MERUBAH DIRI

Kata Mutiara

"Jangan terlalu berlebihan memuji seseorang, karena kita akan merasa malu ketika suatu saat harus mengakui kekurangannya.
dan jangan terlalu berlebihan menghujat seseorang, karena kita akan menjadi risih ketika suatu saat harus mengagungkan kelebihannya"