Ini kisah dari negeri kami, pulau Bangka. Terletak di sebelah pesisir Timur Sumatra Selatan, berbatasan dengan Laut China Selatan di sebelah utara, Pulau Belitung di timur dan Laut Jawa di sebelah selatan yaitu 1°20’-3°7 Lintang Selatan dan 105° - 107° Bujur Timur memanjang dari Barat Laut ke Tenggara sepanjang ± 180 km. Dengan luas wilayah ± 11.693.54 km², Bangka yang dikenal dengan sebutan Pulau Timah ini memiliki adat istiadat dan budaya yang menarik. Salah satunya adalah tradisi nganggung pada perayaan hari-hari besar Islam.
Nganggung adalah sebuah kegiatan membawa makanan di atas dulang (tampah) dan menyantapnya bersama-sama setelah selesai pembacaan doa-doa dan pujian-pujian kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Nganggung biasanya digelar di masjid-masjid maupun di surau. Ritual ini merupakan tradisi keagamaan yang masih sangat kental apalagi di daerah perdesaan. Tradisi ini merupakan rangkaian kegiatan yang mencerminkan nilai-nilai kebersamaan, saling membantu antarwarga dalam suatu desa atau kampung. Nganggung biasanya dilakukan untuk menyambut datangnya hari besar Islam seperti 1 Muharram , Maulid Nabi , isro’ Mi’roj , Nuzul Qur’an , Idhul Adha , Idul Fitri. Pada hari-hari besar Islam tersebut selalu dirayakan dengan tradisi nganggung. Selain itu, nganggung juga untuk menghormati orang yang meninggal dunia atau menyambut kedatangan tamu besar, seperti gubernur, bupati atau walikota.
Begitu pula pada kesempatan kali ini, bertepatan dengan perayaan Maulid nabi Muhammad SAW tahun 1423 Hijriah. Masyarakat Pulau Bangka melakukan tradisi yang sudah turun temurun ini. Bahkan dibeberapa tempat, perayaan Maulid nabi dilakukan dengan sangat meriah bahkan melebihi kemeriahan perayaan hari raya Idul Fitri seperti di Desa Zed, Simpang Katis, Sinar Baru, Kemuja dan beberapa desa lainnya. Di Desa Kemuja Kecamatan Mendo Barat misalnya, sejak pagi hari masyarakat telah berbondong-bondong menuju masjid untuk menggelar berzanji. Berzanji adalah kitab dimana sejarah Rosullullah dikisahkan. Ratusan jamaah hadir memenuhi masjid Rahmatuddin, selain adat itu do'a dan hidangan sepintu sedulang menjadi bagian dalam perayaan maulid ini.
Setelah acara di masjid selesai, warga bergantian saling bergantian mengunjungi rumah sanak saudara maupun tetangga layaknya seperti perayaan hari raya Idul Fitri. Para tuan rumah menyediakan jamuan mulai dari kue-kue, minuman, dan tentunya tak ketinggalan ketupak 'lepet' yang merupakan menu wajib dalam perayaan-perayaan keagamaan seperti ini. Tamu yang datang pun tidak hanya dari Desa Kemuja, namun juga dari daerah lain yang ada dipulau Bangka.
Semoga tradisi ini tetap terjaga sepanjang masa, karena merupakan aset bangsa umumnya dan penduduk Bangka khususnya. Anda tertarik ke Pulau Bangka?
bagi dunk......serbuuuu
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapushihihihi.... yo masuk gus... makan lah mane ade ok, hehehehe....
BalasHapusmakanannya mana.. lapar banget ne..hehe
BalasHapussalam kenal bro
Budayakan Islam yang benar..
BalasHapusHapus budaya yang tidak Islam..
Right?
wah jadi pengen jalan2 ke Bangka... hehe
BalasHapus@Bangjal: hihihi.. lam kenal balik bro... maen kesini dunk. mantaf. apa mau tak paket? hehehe...
BalasHapus@Tanthowi: siap komandan,thx.
@Adis: hehehe, ditunggu bro kunjungannya, mantaf..
@Thantowi: betul gan jangan sampai islam tercemar!!!!, ini bumi milik Allah....
BalasHapusWow, mantaff... jadi pengen pulaaaaaaaang.
BalasHapusSelama ngga bertentangan dengan syariah kenapa ngga?
Nganggung juga bukan termasuk ritual ;-)
@Mbah Dukun: hihihi... nganggung bukan ritual kok mas, dalam artian bukan makanan yang dibawa ntar dibaca-bacain kayak gimana, trus baru rame-rame dimakan. bukan gitu.., tapi ini cuma cerminan kebersamaan dan kegotongroyongan dari masyarakat bangka sendiri yang dalam istilah bangka disebut "sepintu sedulang". jadi insya allah gak bertentangan dengan syariah.
BalasHapus@Bang Said: hihihihi... thx banyak bang said. hayuk, ntar malah kehabisan,hehehe. tetap ciptakan semangat kebersamaan n kegotongroyongan di bumu serumpun sebalai bang. coz nganggung kan cuma ada di bangka gitu,manthaf...